Kata
“investasi”, legkap dengan variasinya, dari “inpestasi”, “inpes”,
“inves”, dan sebagainya, kini merupakan kata yang lazim diucapkan oleh
masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan. Seolah-olah dengan kata ini
seseorang bisa menunjukkan kelas di mana dia berada, atau setidaknya
kelas di mana dia ingin berada.
Buktinya, banyak sekali
kelas-kelas investasi yang diadakan oleh para perencana keuangan, dari
investasi riil – yang ditandai dengan sikap ogah jadi karyawan dan ingin
jadi wirausahawan, sampai investasi keuangan – lewat berbagai instrumen
investasi seperti saham, reksadana, obligasi, dan sebagainya, tak
pernah sepi dari peminat.
Hiruk pikuk keinginan untuk inpes juga
yang menyebabkan banyak berita penipuan berkedok investasi yang dialami
anggota masyarakat. Dari yang kelas ratusan juta rupiah, sampai
triliunan juta rupiah. Rupanya, gairah untuk berinvestasi tidak
dibarengi dengan pengetahuan tentang apa itu investasi.
Mendudukkan
persoalan, tentu kita harus kembali ke pertanyaan, mengapa Anda perlu
berinvestasi. Jawabannya tentu beragam, tapi pada dasarnya hanya ada
terkait empat perkara di bawah ini:
Punya kebutuhan masa depan atau saat ini yang belum terpenuhi. Ingin memiliki mobil, atau rumah, merupakan salah satu alasan mengapa Anda perlu berinvestasi.
Ingin melindungi nilai aset yang dimiliki.
Anda sudah memiliki kekayaan tertentu. Lalu, apakah sudah cukup begitu
saja? Tentu tidak, karena tanpa berbuat apa-apa, nilai aset Anda bakalan
menurun nilainya.
Ada keinginan menambah nilai aset yang sudah ada.
Anda punya keinginan untuk memiliki rumah yang lebih besar dari yang
dimiliki sekarang, namun masih tetap ingin mempertahankan aset rumah
yang ada? Itu adalah alasan kuat mengapa Anda perlu berinvestasi.
Inflasi. Ini
adalah momok yang paling menakutkan, yang seharusnya membuat semua
orang berinvestasi. Karena pada kenyataannya tingkat inflasi yang tinggi
bakalan menggerogoti kekayaan yang Anda punya. Contohnya, bila Anda
menyimpan uang di bank dengan buka 3 persen pertahun,
sementara inflasi mencapai 11 persen pertahun, artinya Anda tekor 8
persen dalam setahun. Di banyak negara, tingkat inflasi sedemikian
parah, sehingga nilai uang nyaris nol alias banyak uang tidak bisa dibelikan apa-apa karena tidak punya nilai. Hanya investasi yang bisa mengejar ketertinggalan dari inflasi. (RDI:05062013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar